
Jumlah Wujud Rumah Tradisi Berdasar Kabupaten/kota – Arsitektur Minangkabau adalah arsitektur vernakular nusantara yang bentuk, struktur, fungsi, ragam hias dan cara pembuatannya diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat Minangkabau, khususnya yang tinggal di Sumatera Barat. Arsitektur ini merupakan arsitektur yang sangat khas Indonesia dengan ciri khas atap gonjong, yaitu atap pelana yang melengkung ke atas seperti tanduk kerbau.
Secara tradisional, arsitektur Minangkabau dapat ditemukan pada rumah adat yang disebut rumah gadang, sawah yang disebut rangkiang, dan balai adat yang disebut balairung. Rumah Gadang adalah rumah hunian tempat tinggal sekelompok keluarga. Rangkiang berada di pekarangan rumah gadang untuk menyimpan hasil panen padi. Balairung adalah tempat berkumpulnya kelompok keluarga inti dimana mereka bisa bercakap-cakap. Ketiga bangunan ini bercirikan atap miring dan struktur tiang pancang.
Jumlah Wujud Rumah Tradisi Berdasar Kabupaten/kota
Sebuah bangunan tradisional Minangkabau menunjukkan kemampuannya bertahan dari bencana seperti gempa bumi yang kerap melanda Sumatera Barat. Material utama yang digunakan adalah kayu. Namun saat ini jarang sekali orang membangun bangunan dengan bahan tradisional karena bahan terutama kayu terbatas.
Pesona Rumah Baghi Dan Kelestariannya
Salah satu sisa bangunan runcing tertua: Rumah Gadang Kampai Nan Panjang (atas) dan Balairung Sari Tabek (bawah). Keduanya diperkirakan berasal dari abad ke-17.
Asal usul bentuk Gonjong diperdebatkan. Hal ini dikarenakan sumber sejarah Minangkabau umumnya diturunkan dalam bentuk lisan, yaitu melalui peribahasa atau cerita yang dikenal dengan tambo. Di antara pendapat tentang asal usul bentuk atap lonjong ada yang mengaitkannya dengan bentuk tanduk kerbau, anjing kapal, dan daun sirih yang ditumpuk.
Pendapat mengenai bentuk atap gonjong yang berasal dari tanduk kerbau ini didasarkan pada legenda asal kata Minangkabau. Menurut legenda, pasukan tersebut datang pada zaman dahulu untuk menyerang daerah Minangkabau. Untuk mencegah perang, penguasa setempat menyarankan agar pertempuran dilakukan secara simbolis dengan mengadu kerbau. Kerbau milik pemerintah setempat memenangkan adu kerbau, yang menginspirasi masyarakat untuk menamai kata Minangkabau, yang berasal dari kata “menang” dan “kerbau”.
Sedangkan atap gonjong diyakini berasal dari bentuk haluan kapal, terkait dengan pendaratan Iskandar Zulkarnain, yang menurut Tambo merupakan salah satu nenek moyang orang Minangkabau.
Dekranasda Solok Selatan Sukses Gelar Parade Baju Adat Tradisional Nagari
Menurut Syafwand, peneliti arsitektur Minangkabau di Universitas Negeri Padang, ide asal usul gonjong dikonfirmasi dengan bentuk haluan kapal, julukan yang diberikan kepada pembuat rumah adat “nankodoh rajo”. , yang berasal dari kata. tuan raja.
Pendapat lain mengatakan bahwa bentuk gonjong melambangkan lapisan daun sirih, karena sirih telah lama menjadi simbol budaya yang sangat penting dan sakral di Minangkabau. Bagi masyarakat Minangkabau, daun sirih memiliki arti penting sebagai pengikat. Hingga kini, sirih terus digunakan dalam segala aktivitas masyarakat Minangkabau yang biasa dilakukan.
Di antara sisa-sisa bangunan runcing tertua adalah Rumah Gadang Kampai Nan Panjang di Nagari Balimbiang dan Balairung Sari Nagari Pariangan di Kabupaten Tanah Datar. Keduanya diyakini berasal dari reruntuhan abad ke-17.
Rumah Gadang Kampai Nan Panjang merupakan rumah gadang milik suku Kampai yang telah diwariskan secara turun-temurun selama lima generasi. Adapun Balairung Sari merupakan tempat diskusi dan pertemuan dimana para tokoh masyarakat dapat membicarakan segala hal yang berkaitan dengan adat Minangkabau.
Website Resmi Desa Mrayun
Di luar Sumatera Barat, atap rumbia populer di kalangan masyarakat Minang yang merantau, terutama yang membuka warung makan. Gonjong telah menjadi simbol yang terkait dengan kemunculan bangunan rumah makan Padang yang tersebar di penjuru nusantara.
Atap rumah gadang (atas) dan masjid (bawah) secara tradisional terbuat dari ijuk. Bentuk atap dibuat tegak agar atap bebas dari penumpukan air hujan dan bangunan terhindar dari banjir.
Daerah Minangkabau merupakan daerah tropis. Untuk itu, bangunan Minangkabau dibuat agar sesuai dengan kondisi iklim. Hal ini terlihat dari bentuk bangunan yang sadar akan hujan dan ventilasi. Bentuk atapnya kuat, sehingga air hujan yang jatuh tidak tertampung di atap, melainkan langsung jatuh ke tanah. Dengan begitu, atap bisa terbebas dari penumpukan air hujan. Di bagian bawah lantai terdapat lubang tempat sirkulasi udara.
Saat musim hujan, kolong selalu membuat ruang di atasnya kering dan tidak lembab, padahal setiap tahun sering turun hujan.
Proses Perubahan Status Mushalla Menjadi Masjid, Pengurus Fkub Kota Bukittinggi Lakukan Survey
Tapak bangunan dijaga tetap horizontal dan memiliki daya dukung yang tinggi karena tiang pancang bangunan tidak terkubur di dalam tanah.
Secara tradisional, bangunan Minangkabau terbuat dari kayu dan menggunakan ijuk sebagai atapnya. Kayu menjadi bahan bangunan utama di Minangkabau setidaknya hingga abad ke 18. William Marsden mencatat dalam History of Sumatra bahwa rumah Minangkabau tidak dibangun dari batu bata atau tanah liat seperti di Jawa, melainkan dari kayu. Menurut Marsden, hal itu karena wilayah Minangkabau sering dilanda gempa.
Selain itu, pohon bertujuan untuk beradaptasi dengan iklim tropis yang panas dan lembab. Kayunya dapat disusun secara grid sehingga dapat berfungsi sebagai ventilasi ruangan. Serat ijuk digunakan sebagai atap karena sifatnya yang menyerap panas sehingga panas matahari tidak langsung masuk ke dalam ruangan. Pada saat yang sama, ijuk menyimpan panas sehingga suhu ruangan tetap hangat saat musim hujan.
Menurut pengamatan Marsden, hingga akhir abad ke-18, wilayah sekitar pantai barat Sumatera merupakan wilayah laut yang sulit untuk ditinggali. Datangnya angin puting beliung dari laut dan gempa bumi di tempat seperti itu juga menjadi tantangan bagi berdirinya pemukiman. Pada awalnya perkampungan orang Minang terletak di dekat sungai dan danau karena menjadi jalur pengangkutan hasil bumi. Dusun biasanya dibangun di dataran tinggi.
Pdf) Wujud Kebudayaan Dalam Tradisi Suna Ro Ndoso: Kajian Etnolinguistik
Namun seiring dengan menguatnya kekuasaan Belanda, terutama setelah Perang Padri, daerah yang dulunya rawa-rawa seperti Padang menjadi pusat kegiatan sehingga banyak orang Minang yang turun ke pesisir. Pada awal abad ke-20 terjadi perubahan penggunaan bahan bangunan seperti batu bata dan kapur.
Pada umumnya gaya bangunan Minangkabau ditentukan oleh sistem konvensional atau keselarasan yang dianut. Harmoni dalam bahasa Minangkabau ada dua yaitu Kelarasan Koto Piliang yang diciptakan oleh Datuk Ketumanggungan dan Kelarasan Bodi Chaniago yang diciptakan oleh Datuk Perpatih Nan Sebatang.
Pada awalnya perbedaan antara kedua kerukunan tersebut hanya menyangkut aspek politik, namun kemudian merembet ke bangunan, terutama rumah adat dan balai adat.
Rumah adat Koto Piliang dan balai adat memiliki gapura, sedangkan rumah adat Bodi Caniago dan balai adat tidak memiliki gapura. Namun ciri keduanya tetap sama yaitu gonjong.
Rumah Ulu, Rumah Bernilai Estetis Pembentuk Keluarga Harmonis
Selain itu, gaya bangunan Minangkabau ditentukan oleh daerah dimana bangunan tersebut berada. Wilayah Minangkabau terbagi menjadi dua bagian yaitu Darek dan rantau. Rumahmu meliputi sebuah kawasan di pedalaman Minangkabau yang dikenal sebagai kawasan pusat kebudayaan Minangkabau. Wilayahnya berada di sekitar tiga gunung yang dikenal dengan nama Tri Arga, yaitu Gunung Marapi, Singgalang dan Sagu. Menurut Tambo, warga di ketiga kawasan tersebut diyakini berasal dari Pariangan. Seiring bertambahnya penduduk, mereka bermigrasi ke daerah sekitar tiga gunung dan membentuk konfederasi yang dikenal dengan Luhak, yaitu Luhak Limo Puluah, Luhak Agam dan Luhak Tanah Data.
Setiap rumah luhak gadang memiliki bentuk, ukuran dan tampilan yang berbeda dengan namanya masing-masing. Ada rumah gadang bernama Sitinjau Lauik di Luhak Tanah Datar. Di Luhak Agam, rumah gadang yang khas disebut Surambi Papek. Rumah gadang yang terkenal di Luhak Limo Puluh Koto adalah Rajo Babandiang.
Sedangkan rantau adalah wilayah di luar wilayah luhak. Setidaknya ada dua wilayah, yaitu wilayah Luhak dan wilayah Minangkabau. Rantau luhak merupakan kawasan pesisir yang masih berada di dataran tinggi, sedangkan kawasan pesisir Minangkabau secara keseluruhan sudah mulai meluas ke kawasan pesisir di sebelah barat dan dataran di sebelah timur. Pantai-pantai di kawasan pesisir sebelah barat, meliputi pesisir barat Sumatera yang berbatasan dengan Samudera Indonesia, terbentang mulai dari Air Bangis, Tiku, Pariaman, Padang, Banda Sapuluah, Air Haji, Inderapura hingga kawasan Mukomoko di Bengkulu. Adapun dataran rendah asing di sebelah Timur meliputi daerah sekitar sungai-sungai utama seperti Rokan, Siak, Kampar, Indragiri dan Batang Hari.
Rumah gadang yang terletak di kawasan pesisir memiliki bentuk dan struktur yang lebih sederhana daripada rumah gadang yang terletak di pedalaman Minangkabau. Hal ini dipengaruhi oleh sifat masyarakat yang lebih terbuka dan praktis. Selain itu, sangat jarang masyarakat yang tinggal di daerah pesisir menguasai teknik pertukangan atau konstruksi rumah gadang tradisional, yang berkontribusi pada penyederhanaan bentuk rumah mereka. Salah satu rumah adat di sepanjang pantai dikenal dengan nama Rumah Kajang Padati.
Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (bsps)
Suasana Permukiman Minangkabau di Nagari Koto Baru atau yang sekarang dikenal dengan Kawasan Gadang Seribu Rumah. Suatu perkampungan baru dapat dikatakan nagari jika sudah memiliki balai adat dan masjid.
Pemukiman Minangkabau dikenal sebagai nagari. Nagar memiliki wilayah dan batasnya sendiri serta struktur politik dan mesin hukumnya sendiri. Nagari lahir setelah melewati tahapan penggabungan unit-unit permukiman kecil. Pemukiman terkecil disebut taratak. Taratak berasal dari kata “tatak” yang artinya membangun kawasan baru untuk dijadikan sebagai tempat tinggal. Beberapa keluarga dari suku yang sama tinggal di Tarataki. Kombinasi dari beberapa taratakis membentuk sebuah desa. Di desa, mereka mulai membuka lahan pertanian. Perpanjangan desa membentuk rumah. Berbagai suku bangsa tinggal di rumah tersebut. Seiring perkembangan Koto, muncul kebutuhan untuk membentuk Nagari sebagai sistem administrasi.
Sala Adat adalah tempat seseorang merenungkan segala hal, terutama yang menyangkut adat istiadat, sedangkan Masjid adalah bangunan yang digunakan sebagai tempat ibadah. Dalam perkembangannya, kebutuhan akan kedua bangunan tersebut menjadi bagian dari perjalanan arsitektur tradisional Minangkabau.
Di kampung adat Minangkabau, bangunan berjejer dari utara ke selatan untuk mencegah sinar panas matahari masuk ke dalam bangunan dengan mudah, meskipun ada juga bangunan yang dari timur ke barat.
Concern Perbaiki Lingkungan, Pemerintah Resmikan Persemaian Rumpin Dan Peluncuran Mangrove
Sebagian besar bahan yang digunakan pada bangunan tradisional Minangkabau adalah kayu. Secara tradisional, bahan bangunan dikumpulkan di hutan atau di ladang yang ditanam khusus. Bahan ini dipilih sesuai dengan kriteria bahan bangunan yang baik, seperti pohon yang tumbuh sempurna dan memiliki kualitas kayu yang baik.
Tanaman biasanya digunakan
Jumlah kota kabupaten di indonesia, jumlah kabupaten, jumlah kabupaten di riau, jumlah kabupaten di lampung, jumlah kabupaten indonesia, jumlah kabupaten di jawa timur, jumlah kabupaten di jawa barat, jumlah kabupaten kota sumatera utara, jumlah kabupaten di jawa tengah, jumlah kabupaten kota se indonesia, jumlah anggota kpu kabupaten, jumlah kabupaten kota